Sabtu, 06 September 2014

Bidadari Surgaku: Asal Muasal Aku Jatuh Cinta (Part II)

 Sambungan Dari 
Bidadari Surgaku
Hari-hari yang selalu berlalu terus aku lewati dengan penuh rasa riang dan gembira ketika diriku dihadapkan pada pagi hari yang cerah, mendung, hujan, badai, petir dan apapun itu, akan tetap indah bagiku karena semangat dan kobaran api asmara yang sudah melekat ini. Pepatah "kalau cinta sudah melekat, tahi kambing pun terasa cokelat", sepertinya tepat jika disandingkan dengan apa yang aku alami saat ini.

Kehidupan sekolah tidak saja sebagai aktivitas untuk belajar, namun ada bumbu-bumbu asmara yang menjadi motivasi tersendiri bagiku, setidaknya aku jarang absen dan menjadi kandidat murid teladan yang absennya sedikit.

Hal itu berkat karunia dan rahmat yang telah ditorehkan Tuhan kepada sang pujaan hatiku. Rasanya mata ini tidak akan bisa lepas ketika bertemu dan bertatapan dengannya. Sampai suatu ketika....

Apaan tu!,....

Satu kejadian yang tidak akan pernah aku lupakan dan akan terus menjadi kenangan indah untuk terus mengingat dia.

Apaan sih! kasih tahu dong, ribet banget,..???????, Masih ingat dengan kalimat teman aku yang menangatakan:
Ridwan: "Eit...eit,...si budi curi-curi pandang tu ama si dewi,.."
Budi: "Apaan sih kalian ini!"
Dewi: "Ueeekk,..muntah aku dengarnya, isss, jijik lha ama si budi, ngak level kali"
Ridwan: " Ngak level apa ngak level ni,..BENCI ya alias benar-benar cinta"
Dewi: "Kusumpahkan kalau aku suka ama dia (budi), maka lebih baik aku suka ama kucing"
Nah, itu terulang kembali, namun dialognya sedikit berbeda. Pada jam istirahat, aku tidak keluar kemana-mana alias tidak main-main, mengapa?? sebab aku tak punya uang jajan, heehee. Jadi keputusan akhir aku ambil untuk tetap bertapa di ruang kelas.

Tanpa aku duga dan aku sangka, si Dewi sang pujaan hati pun nongol, dan duduk tepat di depan bangku aku, dukk,..dukk...dukk,..hati ini berdebar-debar (soalnya hanya berdua saat itu coy,..secara gitu, aku kan anak polos heehee), seolah berada di atas awan (ups salah,..kita ganti ya!), seolah berada diantara 2 pepohonan nan rimbun yang disaksikan dengan pantai nan indah dengan hiasan langit biru, aku duduk berdua dengannya.

Indah banget moment yang tidak pernah aku alami sejak 6 bulan yang sudah berlalu (kok cepat kali sih, kan ceritanya baru Part ke II, ya ngak mungkin kali diceritakan per harinya :D), sebab moment seperti ini tidak pernah aku temukan.

Saat itu aku berfikir dan bergumam dalam hati, begini kata hatiku:
"Ya Tuhan,..apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus mengatakan ""hai Wi, kok ndak main-main"", duh,..itu kan basi kali, atau ""wi, kamu sudah punya  pacar"", woy,...sok hebat tu, lalu apa dong,... sejenak kuhentikan renungan itu dan kuberanikan untuk menyapanya dan saat hendak berkata "eeee,..Wi,....".
"iya,..eee,..ooh,..bla,..bla,.." rupanya teman-teman yang pada masuk dan termasuk si Erwin yang pernah ngerjain aku, dan saat itu juga ternyata dia mengulangi perbuatannya lagi, bahkan hal yang tidak pernah aku sangka pun terjadi. Tiba-tiba di duduk dan melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu mencurigakan, setelah itu, dia hampirin si Dewi dan memberikan sebuah kerta kepadanya.

Kerta itu dibuka oleh si dewi,..setelah membaca isinya...??????? Pessss,..stttt (apaan ni),..hiihii ternyata kertar yang dia (dewi) baca di remas-remas dan dilemparkan tepat ke wajahku.

Ya jelas saja aku kaget dan tak menyangka, aku penasaran dan mengambil kertas itu, saat hendak membuka dan membacanya, maka si Erwin dengan sigap mengambil lalu membacanya kuat-kuat di depan teman-temanku (termasuk si Dewi), dab kalimat itu adalah:
"Salam sayang untuk Dewi tercinta"
"Terus terang mata ini tidak pernah lepas dari sarangnya untuk selalu melihat kamu, mimpiku pun ikut hancur karena selalu ada wajahmu, nasi yang kumakan pun tidak lagi terasa nikmat karena memikirkanmu, dan selalu terucap kata rindu untuk bertemu kepadamu"
"Wahai dewi, maukah kamu menyatukan hatimu kepada aku punya hati alias maukah kamu mencintaiku" (ngak kebayangkan tulisan si erwin yang begitu dahsyat, soalnya masih SMP bossss heehee)
Spontan teman-teman menyoraki aku dan bertepuk tangan sambil berkata bareng-bareng "Dewi,..Dewi,..Budi,..Budi,..Dewi-budi,..Dewi-budi,..Cie,...cie,...".

Malunya aku rasakan tidak sesakit ketika aku kena paku,..dan bukan aku saja, ternyta si dewi begitu juga. Dia marah kepadaku dan menuduh kalau aku ini kegatalan, dan keluarlah ucapan maut dari bibirnya dengan perkataan:
"Hei,..kau sok ganteng ya,..sok mantap ya,..tengok-tengok dulu siapa kamu, ngaca dong,..dah jelek, hitam, miskin lagi. Jangan sok kegantengan ya,..cari sana perempuan yang mau sama kau dan cocok untukmu, jangan sok keganjengan kau,..cuiii (sambil meludah tepat di hadapanku)
Bosss,..ni bukan bagai disambar petir lagi rasanya, tapi hati,..my heart, my love, pokoknya my,..my kepadanya langsung pudar seperti Rinso yang menghancurkan para noda.

Aku tidak bisa berkata apa-apa saat itu, rasanya air mata ini ingin menetes karena cacian dan hinaannya yang begitu Mendalam (bukan karena cengeng, tapi karena sakiiiiiiiit,..sakiiittt). 

Aku hanya terdiam, diam dan membisu sampai waktu pulang sekolah tiba. Jangankan mau mengikuti pelajaran saat itu, melirik teman sebangku aku pun aku malu akibat kejadian tadi. Ingin rasanya waktu diulang kembali, tapi mana mungkin,..itu semua telah terjadi.

Akhirnya aku dan seluruh teman-teman bergegas untuk pulang, di sela-sela kepulangan kami, tak lupa sebagian mereka berkata" Selamat ya Budi atas Rayuan berbuah Ludah wkwkwkwkwwkwk".

Hari itu terasa kelam, mendung, udara bagaikan badai yang meluluhlantakkan semuanya perasaan asmara ini. Dan sampai di rumah aku bertekad untuk membuang jauh-jauh perasaan (Rasa Cinta) ini kepada si Dewi, dan berusaha untuk tidak mengingatnya walau sedetik, berusaha untuk tidak berkomunikasi dengannya walau sepatah serta berusaha untuk tidak bertemu padanya walau terpaksa.

Keeseokan harinya aku pun bergegas untuk ke sekolah, tapi tidak dengan harapan manis dan indah kepadanya, Aku kesekolah dengan perjalanan yang penuh dengan rasa malu, sakit hati dan penyesalan. Namun itu harus aku hadapi, dan aku sudah bertekad bulat untuk melupakannya bahkan tidak mau berteman dengannya.


Bersambung,...............................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar