Tanpa terasa aku sudah beranjak remaja, dan keremajaan itu ditandai dengan masuknya aku pada tingkat SLTP di salah satu sekolah swasta yang tidak jauh dari rumahku.
Kenangan pertama yang aku alami bukan saja bertemu teman-teman baru, akan tetapi hari pertama itu terhiasi dengan pandangan pertama yang aku alami ketika bertemu dengan seorang Gadis yang begitu cantik seperti Bidadari.
Tatapan pertama melihat senyumannya membuat aku semangat untuk bangun pagi, sarapan cepat, memakai wangi-wangian dan tak lupa mengambil air wudhu sebagai usaha agar mendapat kecerahan ketika dia akan memandangku nantinya.
Kenangan pertama yang aku alami bukan saja bertemu teman-teman baru, akan tetapi hari pertama itu terhiasi dengan pandangan pertama yang aku alami ketika bertemu dengan seorang Gadis yang begitu cantik seperti Bidadari.
Tatapan pertama melihat senyumannya membuat aku semangat untuk bangun pagi, sarapan cepat, memakai wangi-wangian dan tak lupa mengambil air wudhu sebagai usaha agar mendapat kecerahan ketika dia akan memandangku nantinya.
Benar saja, ketika tatapan mata terjadi, senyuman manisnya terus menghujani hati ini hingga basah dan harus dikeringkan kembali, tapi aku suka hal itu, sehingga rasa itu harus terulang kembali.
Tidak ada yang aku inginkan saat itu kecuali senyuman manisnya walaupun bukan untukku, sebab itu sudah cukup untuk mengobati rasa kerinduan ini yang terus saja mengalami rasa haus setiap detiknya.
Tanpa disangka dan diduga, awal mula dua insan ini menjadi terkait datang dari sebuah candaan yang tidak disengaja dari teman-teman, dan candaan itu adalah:
Ridwan: "Eit...eit,...si budi curi-curi pandang tu ama si dewi,.."
Budi: "Apaan sih kalian ini!"
Dewi: "Ueeekk,..muntah aku dengarnya, isss, jijik lha ama si budi, ngak level kali"
Ridwan: " Ngak level apa ngak level ni,..BENCI ya alias benar-benar cinta"
Dewi: "Kusumpahkan kalau aku suka ama dia (budi), maka lebih baik aku suka ama kucing"
Akupun (budi) tersentak dan begitu terkejut mendengar hal itu, ternyata bidadari yang aku idam-idamkan adalah sosok yang amat membenci diriku, dan sejenak akan terhenyap sampai melangkah meninggalkan kantin guna menghindari berbagai cacian darinya.
Sambil berjalan hati ini terus berkata-kata:
"Jadi selama ini dia yang senyum-senyum itu untuk siapa ya?, kenapa ketika ada candaan itu, dia langsung benci dan begitu ingin muntah melihat wajahku!, entahlah ya Allah,..."
Teng,...teng,..teng,... bunyi lonceng tanda masuk terakhir pun berbunyi, semua siswa berbondong-bondong masuk ke dalam kelas.
Sang bidadari pun akhirnya masuk, walau sakit hati ini tapi tidak bisa aku pungkiri jika rasa cinta masih melekat dan sulit untuk dilepas.
Mata ini tidak lagi kosentrasi tertuju pada guru yang menjelaskan pelajar Matematika, sebab selain kosentrasi itu beralih padanya, matematika termasuk pelajaran yang amat ingin kujauhi.
Curi..curi pandang tidak bisa aku elakkan, mata ini terus tertuju padanya, dan sekali-kali lirikan matanya mengarah padaku sebagai rasa penasaran yang tiada berujung.
Hal itu terus aku nikmati tanpa terasa jam pelajaran telah usai,.."duh begitu sekejapnya waktu ini ya Tuhan, tapi tak mengapa, esok hari kan masih ada"
Guru: "karena waktu sudah selesai, maka persiapkan diri kalian untuk pulang, namun sebelumnya mari kita sambut dan dengarkan suara emas dari penyanyi terkenal di sekolah ini,..ayoo kepada Dewi dipersilahkan dengan segala hormat"
Para Siswa: "pruk,..pruk,... "
Inilah dia kesempatan yang tidak akan pernah aku sia-siakan, ketika lantunan suara emasnya dimulai, maka kesempatan itu aku manfaatkan dengan terus-terusan memandangi wajahnya yang begitu indah,..duh,..serasa terbang dan mengudara nih,..
Sekali-kali pandangannya juga mengarah kepadaku, dan saat itulah senyum ini terus mengarah kepadanya, tanpa aku sadari caciannya dan keinginan ketika muntah akibat candaan temanku tadi lenyap seketika.
Bersambung Ke Bidadari Surgaku: Asal Muasal Aku Jatuh Cinta (Part II)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar